Filosofi Laut Selatan: Memahami Kearifan Lokal di Balik Ketakutan terhadap Gelombang Nyi Roro Kidul

Laut Selatan, dengan ombaknya yang besar dan arusnya yang kuat, telah lama menjadi subjek ketakutan sekaligus kekaguman di Jawa. Kisah Nyi Roro Kidul adalah manifestasi budaya dari rasa hormat mendalam terhadap alam. Filosofi Laut Selatan mengajarkan bahwa alam memiliki kekuatan yang tak tertandingi dan tidak dapat ditaklukkan sepenuhnya oleh manusia. Ketaatan pada kearifan lokal adalah kunci untuk bertahan hidup di pesisir.

Ketakutan terhadap “gelombang Nyi Roro Kidul” bukan hanya takhayul, melainkan personifikasi dari bahaya nyata yang ditimbulkan oleh Samudra Hindia. Gelombang laut selatan dikenal memiliki arus balik (rip current) yang mematikan dan ombak pasang yang tiba-tiba. Larangan memakai baju hijau di pantai adalah bentuk Filosofi Laut Selatan yang sederhana, berfungsi sebagai peringatan visual untuk meningkatkan kewaspadaan.

Secara kosmologis, Laut Selatan dianggap sebagai bagian dari konsep Catur Sagotra (empat saudara) dalam pandangan Jawa. Laut mewakili elemen air, yang harus seimbang dengan api dari Gunung Merapi. Keseimbangan ini adalah Filosofi Laut Selatan yang mendasari tatanan hidup masyarakat Jawa. Menghormati lautan sama dengan menjaga harmoni seluruh alam semesta, termasuk diri sendiri.

Kearifan lokal mengajarkan pentingnya eling (ingat) dan waspada (waspada). Upacara sedekah laut, yang dilakukan oleh nelayan, adalah bentuk ritual penghormatan. Ini adalah cara masyarakat pesisir untuk berterima kasih kepada lautan dan memohon keselamatan sebelum melaut. Tradisi ini menunjukkan hubungan spiritual, bukan sekadar ketakutan yang buta.

Filosofi Laut Selatan mengajarkan kepada kita tentang sikap sumeleh atau pasrah dan menerima. Manusia di pesisir memahami keterbatasan mereka di hadapan kekuatan alam yang tak terduga. Mereka belajar untuk tidak melawan arus secara frontal, melainkan bersikap bijak dan mengikuti irama alam. Sikap ini membentuk karakter masyarakat pesisir yang tangguh namun bersahaja.

Bagi nelayan, ombak Nyi Roro Kidul adalah guru terbaik. Mereka harus bisa membaca tanda-tanda alam, seperti perubahan angin atau warna air, untuk memprediksi cuaca buruk. Pengetahuan tradisional ini, yang diwariskan turun-temurun, adalah praktik ilmiah yang terselubung dalam bentuk mitos. Kisah ratu laut menjadi penguat narasi ini.

Di balik legenda yang menyeramkan, tersimpan pula pemahaman bahwa laut adalah sumber kehidupan. Laut menyediakan ikan, garam, dan jalan perdagangan. Oleh karena itu, Filosofi Laut Selatan adalah paradoks: lautan yang ditakuti harus dihormati dan dijaga karena ia juga merupakan penopang utama kehidupan dan peradaban di pantai selatan.

Dengan demikian, Nyi Roro Kidul dan gelombangnya adalah pengingat spiritual tentang local wisdom yang mendalam. Kearifan ini menyerukan manusia untuk hidup selaras dengan lingkungan, menghormati kekuatan alam, dan memprioritaskan keselamatan kolektif. Kisah ini adalah warisan budaya tak ternilai yang mengajarkan kerendahan hati.

Theme: Overlay by Kaira Extra Text
Cape Town, South Africa

journal.pafibungokab.org

learn.pafipemkotkerinci.org

news.pafipemkotpalopo.org